BERJUANG MENJADI PRIA SEJATI

BERJUANG MENJADI PRIA SEJATI

Judul : Real Man

Penulis : Jaap Dieleman

Penerbit : Andi, Yogyakarta

Tebal : 283 halaman

Ada ungkapan hari Ibu. Ada ungkapan “surga di telapak kaki Ibu”, dan ada istilah “Ibukota”. Namun semua itu tak berarti mengecilkan arti dan peranan para lelaki yang menyandang predikat sebagai “bapak” atau “suami”. Walau selama ini masih ada anggapan bahwa tugas seorang ayah adalah mencari nafkah, sehingga terkesan “terpinggirkan” dalam keluarga. Namun makna hakiki sebuah keluarga sekarang perlu makin di kokohkan. Bahwasanya sebuah keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak merupakan satu kesatuan. Peran ayah dan ibu dalam keluarga saling mengisi dan disinilah akan muncul makna hakiki perempuan dan lelaki sejati, dengan perannya masing-masing.

Buku berjudul “Real Man” ini salah satunya dimaksudkan untuk membangkitkan semangat lelaki untuk benar-benar menjadi “pria sejati” dalam keluarga. Ungkapan bahwa “anak nakal” atau sukses berkat ibu harus mulai di harmonisasikan dengan menampilkan peran ayah sebagai pria sejati. Di sinilah pentingnya menghadirkan figur pria sejati yang mampu berperan menjadi suami yang setia dan yang baik bagi istrinya, serta ayah yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya.

Kendati pendekatan yang dilakukan penulis, Jaap Dieleman, adalah alkitabiah, namun pengalaman dan wacana yang di paparkan bernuansa universal. Karena dialami oleh siapapun yang merasa dirinya sebagai seorang pria, apapun latar belakang agama, kehidupan social dan ras-nya. Melalui buku ini, Jaap benar-benar”menampar” jiwa dan nurani para lelaki untuk tak menjadi “robot” dengan memburu materi dan merasa sudah genap tugasnya sebagai seorang suami dan ayah ketika telah menggelontorkan materi bagi keluarganya. Pria sejati, harus mampu menjadi teman bermain, berdialog dan kadang berdebat tak cuma dengan istrinya, namun juga dengan anak-anaknya. Dalam kaitan inilah, keterbukaan benar-benar dikedepankan untuk membangkitkan keluarga yang harmoni.

Peran dan contoh yang ditampilkan dalam buku ini, banyak juga mengadopsi pengalaman Jaap dalam keluarganya. Sehingga, dalam buku ini juga di sertakan pula ungkapan-ungkapan spontan dari istri dan anak-anak Jaap, serta juga menantu dan sahabat-sahabatnya.

Keterbukaan dan komunikasi menjadi focus utama buku ini. Keduanya terkait dengan waktu, ketersediaan meluangkan waktu. Bagi seorang istri, maka kehadiran suami dengan memberikan waktunya, seberapapun durasinya, akan sangat bermakna. Karena, bagi istri, waktu adalah bukti dari cinta seorang pria kepada istrinya. Sedangkan bagi anak, waktu adalah sarana komunikasi yang harus terus dibina. Ibarat api, akan padam tanpa oksigen. Demikian pula suatu hubungan dalam keluarga akan berakhir tanpa komunikasi.

0 comments: